Lingkar Studi-Aksi untuk Demokrasi Indonesia
Edisi 25
|
EditorialKonsumerismePada hari pertama puasa, tetangga sebelah rumah saya mengeluh; mengapa harga tempe dua potong tiba-tiba mahal, padahal ibu yang telah menjanda dengan tiga orang anak ini hanya mampu memenuhi menu buka puasa dengan lauk sederhana itu. Dia mengeluh bukan hanya karena mahal akan tetapi mengapa bulan puasa justru semakin memberatkan bebannya. Apa karena orang ingin memenuhi semua kebutuhan rumah tangganya? semua hal dibeli sampai menaikkan harga barang lainnya. Dan akhirnya dia tidak mau berfikir bagaimana jika hari raya nanti tiba. Dulu pernah, banyak orang berkoar-koar tentang hidup sederhana, sampai dari mulut salah seorang presiden kita meluncur kata-kata; “sudah saatnya kita kencangkan ikat pinggang”! Tapi apa kenyataannya, korupsi dapat jalan terang, pesta tetap saja mewah, jalan-jalan study banding ke luar negeri masih saja meriah. Negara sekarat, rakyat semakin melarat. Hari raya semakin dekat, banyak kemeriahan di toko dan mal karena banjir diskon yang digelarnya. Apakah kita juga harus kuatir dan berusaha membeli semuanya. Menumpuk bahan makanan, beli baju sebanyak-banyaknya dan membuang uang percuma. Sesungguhnya idul fitri memiliki sejuta makna, kembali pada kesucian dimana sebelumnya kita telah menahan nafsu insani kita; kemewahan, berlebih-lebihan serta angkara murka. Selayaknya sudah saatnya kita bertanya pada diri sendiri, apa makna puasa kita setiap tahunnya, akankah kita membiarkan ibu tiga anak tetangga saya semakin papa? Lisa NH
Kajian Idul Fitri dan Pilihan Bebas Kita Under Construction
Liputan Hari Raya Bagi Buruh PHK Under Construction Sudarno Ahmad | |
I tentang LS-ADI I redaksi I dialog I jaringan I depan I
copyright@LS-ADIOnline 2002
Jl. Semanggi II No. 44 Gang Kubur Cempaka Putih Ciputat 15412
Telp/
Faks. 021-9227463
untuk informasi lebih lanjut hubungi
ls-adi@plasa.com